Pengertian, Jenis, dan Contoh Puisi Baru/Modern |
b. Puisi Modern
Adalah Puisi yang tidak memiliki aturan apapun atau bebas, berbeda dengan pendahulunya, Puisi-puisi Lama, Puisi Modern atau Baru lebih bersifat bebas dan tidak terikat, baik dari segi suku kata, jumlah baris, rima, maupun baitnya. Ada beberapa Jenis dari Puisi Modern, antara lain adalah :b.1. Ode
adalah Jenis puisi modern yang berisi tentang senjungan atau pujian kepada seseorang, misalkan seseorang yang telah berjasa, Guru. Ode juga berasal dari bahasa Yunani, yang artinya "Nyanyian". Ode biasanya ditulis dengan nada dan tema serius yang menggambarkan rasa terima kasih sang penulis, dan rasa terima kasih tersebut disampaikan melalui pujian-pujian dan sanjungan dari lirik Ode ini.Contoh :
Guru..
Kaulah pahlawanku...
pahlawan yang membimbingku selalu...
Kau bimbing dan tuntun diriku...
Kau ajarkan aku..
Kau adalah pahlawan tanpa tanda jasa...
Guruku ....Takkan kulupakan semua jasamu...Yang telah bersusah payah mengajariku...
Hingga aku bisa...Terima kasih guruku...
b.2. Epigram
adalah Jenis Puisi Modern, yang isinya tentang Ajaran, Nasihat, dan Ajakan hidup kepada si pembaca agar menuju kepada jalan yang benar dan baik. Epigram berasal dari bahasa Yunani " Epigramma" yang artinya Pedoman, Nasihat, Teladan, atau Ajakan melakukan hal-hal yang benar dan baik. Biasanya epigram ini ditulis dalam bentuk sederhana, singkat, dan langsung kepada tujuan maksudnya (to the point), berbeda dengan jenis Puisi Modern lainnya.Contoh :
Hari ini tak ada tempat untuk berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang berada di garis depan,
Yang menunggu sejanak sekalipun pasti tergilas
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang berada di garis depan,
Yang menunggu sejanak sekalipun pasti tergilas
b.3. Romance
Udah ketebak dari namanya, "Romance". Puisi Modern ini biasanya berisi tentang kisah percintaan, atau luapan perasaan cinta atau kasih sayang si penulis puisi. Kebanyakan Romance juga berisi tentang pengalaman dari si penulis atau pengamatan sang penulis.
Contoh :
Aku tahu,
aku lemah dalam menahan nafsu,
aku curang dalam meniatkan rindu,
aku pun bodoh saat mengertikan segala kode rambu.
Aku hanyalah pemimpi yang semu,
penyair yang tak merdu, juga pejuang yang kadang lesu.
Namun itu tak membuatku buntu,
untuk memimpikan masa depanku.
Aku mencintaimu
Seperti bunga mencintai keharumannya
Seperti hujan mencintai tetes airnya
Seperti bulan mencintai malamnya
Seperti matahari yang mencintai cahayanya
Jantung ini tidak akan berdetak selamanya
Tapi jika Tuhan mengijinkan
Selama jantungku berdetak
Ijinkan mencintaimu dalam ketulusan
Seperti bunga mencintai keharumannya
Seperti hujan mencintai tetes airnya
Seperti bulan mencintai malamnya
Seperti matahari yang mencintai cahayanya
Jantung ini tidak akan berdetak selamanya
Tapi jika Tuhan mengijinkan
Selama jantungku berdetak
Ijinkan mencintaimu dalam ketulusan
b.4. Elegi
adalah Jenis Puisi Modern yang berisi ratapan kesedihan, luapan tangisan dan Penyesalan . jika Romance ditulis berdasarkan pengalaman cinta, Elegi ditulis berdasarkan pengalaman pedih dan kesedihan dari sang Penulis.
Contoh :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Contoh :
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin
di antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
(karya : Chairil Anwar, Senja di Pelabuhan Kecil)
b.5. Satire
Berisi tentang sindiran-sindiran kepada seseorang, biasanya kepada penguasa/orang yang berkedudukan/jabatan yang tidak adil. Satire berasal dari bahasa Latin "Satura", yang artinya adalah sindiran atau kecaman. Satire adalah luapan emosi dari ketidak puasan rakyat kecil, yang selalu di nomor keduakan oleh kaum atas.
Contoh :
Mana ada negri sesubur negeriku
Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tehu dan jagung tapi
juga pabrik, tempat rekreasi dan gedung
Prabot – prabot orang kaya di dunia dan burung-burung
indah piaraan mereka berasal dari hutanku
Ikan – ikan pilihan yang mereka santap bermula dari
lautku
Emas dan perak, perhiasan mereka digali dari tambangku
Air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku
Mana ada negri sekaya negeriku
Majikan – majikan bangsaku memiliki buruh – buruh mancanegara
Brangkas – brangkas Bank ternama dimana – mana menyimpan
harta – hartaku
Negriku menumbuhkan konglomera dan mengikis habis kaum
melarat
Rata – rata pemimpin negriku dan handai tolannya terkaya
didunia
Mana ada negri semakmur negeriku
Penganggur – penganggur diberi perumahan, gaji dan
pensiunan setiap bulan
Rakyat – rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan
Rampok – rampok di beri rekomendasi, dengan kop sakti
instansi
Maling – maling di beri konsensi
Tikus dan kucing dengan asik berkorupsi
(Karya: Gus Mus, Negriku)
b.6. Himne
Berasal dari bahasa Yunani "Hymnos" yang artinya adalah Pujian. Himne adalah puisi modern atau baru yang isinya tentang Pujian-pujian kepada Tuhan atau kepada Pahlawan yang telah berjasa.
Contoh :
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin
(Karya: Taufiq Ismail, Doa)
Contoh :
Tak ada orang yang datang
Jante hincit menikam kelam
Janda yang lakinya terbunuh di dasar kali
Jante datang ke pangkuannya
Mulut mana yang tak direguknya
Dada mana tak diperasnya?
Bidang riap berbulu hitam
Ruas tulangnya panjang-panjang
Telah terbenam beratus perempuan
Di wajahnya yang tegap
Betina mana yang tak ditaklukannya?
Mulutnya manis jeruk garut
Lidahnya serbuk kelapa puan
Kumisnya tajam sapu ijuk
Arkidam, Jante Arkidam
Teng tiga di tangsi polisi
Jante terbangun ketiga kali
Diremasnya rambut hitam janda bawahnya
Teng kelima di tangsi polisi
Jante terbangun dari lelapnya
Perempuan berkhianat, tak ada di sisinya
Berdegap langkah mengepung rumah
Didengarnya lelaki menantang:
'Jante, bangun! Kami datang jika kau jaga!'
'Datang saja yang jantan
Kutunggu di atas ranjang'
'Mana Jante yang berani
Hingga tak keluar menemui kami?'
‘Tubuh kalian batang pisang
Tajam tanganku lelancip pedang'
Menembus genteng kaca Jante berdiri di atas atap
Memandang hina pada orang yang banyak
Dipejamkan matanya dan ia sudah berdiri di atas tanah
'He, lelaki mata badak lihatlah yang tegas
Jante Arkidam ada di mana?'
Berpaling seluruh mata ke belakang
Jante Arkidam lolos dari kepungan
Dan masuk ke kebun tebu
‘Kejar jahanam yang lari!'
Jante dikepung lelaki satu kampung
Di lingkung kebun tebu mulai berbunga
Jante sembunyi di lorong dalamnya
'Keluar Jante yang sakti!'
Digelengkannya kepala yang angkuh
Sekejap Jante telah bersanggul
'Alangkah cantik perempuan yang lewat
Adakah ketemu Jante di dalam kebun?'
'Jante? Tak kusua barang seorang
Masih samar dilorong dalam'
'Alangkah eneng bergegas
Adakah yang diburu?'
'Jangan hadang jalanku
Pasar kan segera usai!'
Sesudah jauh Jante dari mereka
Kembali dijelmakan dirinya
'He, lelaki sekampung bermata dadu
Apa kerja kalian mengantuk di situ?'
Berpalingan lelaki ke arah Jante
Ia telah lolos dari kepungan
Kembali Jante diburu
Lari dalam gelap
Meniti muka air kali
Tiba di persembunyiannya
b.7. Balada
Balada adalah sebuah Puisi yang berisi karangan atau cerita, baik itu cerita asli atau cerita legenda, atau Puisi yang menggambarkan prilaku/kejadian seseorang. Dalam balada sendiri terdapat beberapa dialog sebagai mana layaknya cerita pendek. Teks Balada sendiri biasa dipakai dalam naskah-naskah Drama atau pertunjukan.Contoh :
Sepasang mata biji saga
Tajam tangannya lelancip gobang
Berebahan tubuh-tubuh lalang dia tebang
Arkidam, Jante Arkidam
Dinding tembok hanyalah tabir embun
Lunak besi dilengkungkannya
Tubuhnya lolos di tiap liang sinar
Arkidam, Jante Arkidam
Di penjudian di peralatan
Hanyalah satu jagoan
Arkidam, Jante Arkidam
Malam berudara tuba
Jante merajai kegelapan
Disibaknya ruji besi pegadean
Malam berudara lembut
Jante merajai kalangan ronggeng
Ia menari, ia ketawa
'Mantri polisi lihat kemari!
Bakar meja judi dengan uangku sepenuh saku
Wedana jangan ketawa sendiri!
Tangkaplah satu ronggeng berpantat padat
Bersama Jante Arkidam menari
Telah kusibak ruji besi’
Berpandangan wedana dan mantri polisi
Jante, jante Arkidam!
Telah dibongkarnya pegadaean malam tadi
Dan kini ia menari
'Aku, akulah Jante Arkidam
Siapa berani melangkah kutigas tubuhnya batang pisang
Tajam tanganku lelancip gobang
Telah kulipat rujibesi'
Diam ketakutan seluruh kalangan
Memandang kepada Jante bermata kembang sepatu
'Mengapa kalian memandang begitu?
Menarilah, malam senyampang lalu!'
Hidup kembali kalangan, hidup kembali perjudian
Jante masih menari berselempang selendang
Diteguknya sloki ke sembilan likur
Waktu mentari bangun, Jante tertidur
Kala terbangun dari mabuknya
Mantri polisi berdiri di sisi kiri:
'Jante, Jante Arkidam, Nusa Kambangan!'
Digisiknya mata yang sidik
'Mantri polisi, tindakanmu betina punya!
Membokong orang yang nyenyak'
Arkidam diam dirante kedua belah tangan
Dendamnya merah lidah ular tanah
Sebelum habis hari pertama
Jante pilin ruji penjara
Tajam tangannya lelancip gobang
Berebahan tubuh-tubuh lalang dia tebang
Arkidam, Jante Arkidam
Dinding tembok hanyalah tabir embun
Lunak besi dilengkungkannya
Tubuhnya lolos di tiap liang sinar
Arkidam, Jante Arkidam
Di penjudian di peralatan
Hanyalah satu jagoan
Arkidam, Jante Arkidam
Malam berudara tuba
Jante merajai kegelapan
Disibaknya ruji besi pegadean
Malam berudara lembut
Jante merajai kalangan ronggeng
Ia menari, ia ketawa
'Mantri polisi lihat kemari!
Bakar meja judi dengan uangku sepenuh saku
Wedana jangan ketawa sendiri!
Tangkaplah satu ronggeng berpantat padat
Bersama Jante Arkidam menari
Telah kusibak ruji besi’
Berpandangan wedana dan mantri polisi
Jante, jante Arkidam!
Telah dibongkarnya pegadaean malam tadi
Dan kini ia menari
'Aku, akulah Jante Arkidam
Siapa berani melangkah kutigas tubuhnya batang pisang
Tajam tanganku lelancip gobang
Telah kulipat rujibesi'
Diam ketakutan seluruh kalangan
Memandang kepada Jante bermata kembang sepatu
'Mengapa kalian memandang begitu?
Menarilah, malam senyampang lalu!'
Hidup kembali kalangan, hidup kembali perjudian
Jante masih menari berselempang selendang
Diteguknya sloki ke sembilan likur
Waktu mentari bangun, Jante tertidur
Kala terbangun dari mabuknya
Mantri polisi berdiri di sisi kiri:
'Jante, Jante Arkidam, Nusa Kambangan!'
Digisiknya mata yang sidik
'Mantri polisi, tindakanmu betina punya!
Membokong orang yang nyenyak'
Arkidam diam dirante kedua belah tangan
Dendamnya merah lidah ular tanah
Sebelum habis hari pertama
Jante pilin ruji penjara
Dia minggat meniti cahya
Sebelum tiba malam pertama
Terbenam tubuh mantri polisi di dasar kali
'Siapa lelaki menuntut bela?
Datanglah kala aku jaga!'
Teriaknya gaung dilunas malam
Dan Jante di atas jembatan
'Siapa lelaki menuntut bela?
Datanglah kala aku jaga!'
Teriaknya gaung dilunas malam
Dan Jante di atas jembatan
Tak ada orang yang datang
Jante hincit menikam kelam
Janda yang lakinya terbunuh di dasar kali
Jante datang ke pangkuannya
Mulut mana yang tak direguknya
Dada mana tak diperasnya?
Bidang riap berbulu hitam
Ruas tulangnya panjang-panjang
Telah terbenam beratus perempuan
Di wajahnya yang tegap
Betina mana yang tak ditaklukannya?
Mulutnya manis jeruk garut
Lidahnya serbuk kelapa puan
Kumisnya tajam sapu ijuk
Arkidam, Jante Arkidam
Teng tiga di tangsi polisi
Jante terbangun ketiga kali
Diremasnya rambut hitam janda bawahnya
Teng kelima di tangsi polisi
Jante terbangun dari lelapnya
Perempuan berkhianat, tak ada di sisinya
Berdegap langkah mengepung rumah
Didengarnya lelaki menantang:
'Jante, bangun! Kami datang jika kau jaga!'
'Datang saja yang jantan
Kutunggu di atas ranjang'
'Mana Jante yang berani
Hingga tak keluar menemui kami?'
‘Tubuh kalian batang pisang
Tajam tanganku lelancip pedang'
Menembus genteng kaca Jante berdiri di atas atap
Memandang hina pada orang yang banyak
Dipejamkan matanya dan ia sudah berdiri di atas tanah
'He, lelaki mata badak lihatlah yang tegas
Jante Arkidam ada di mana?'
Berpaling seluruh mata ke belakang
Jante Arkidam lolos dari kepungan
Dan masuk ke kebun tebu
‘Kejar jahanam yang lari!'
Jante dikepung lelaki satu kampung
Di lingkung kebun tebu mulai berbunga
Jante sembunyi di lorong dalamnya
'Keluar Jante yang sakti!'
Digelengkannya kepala yang angkuh
Sekejap Jante telah bersanggul
'Alangkah cantik perempuan yang lewat
Adakah ketemu Jante di dalam kebun?'
'Jante? Tak kusua barang seorang
Masih samar dilorong dalam'
'Alangkah eneng bergegas
Adakah yang diburu?'
'Jangan hadang jalanku
Pasar kan segera usai!'
Sesudah jauh Jante dari mereka
Kembali dijelmakan dirinya
'He, lelaki sekampung bermata dadu
Apa kerja kalian mengantuk di situ?'
Berpalingan lelaki ke arah Jante
Ia telah lolos dari kepungan
Kembali Jante diburu
Lari dalam gelap
Meniti muka air kali
Tiba di persembunyiannya
(Karya: Ajip Rosidi, Jante Arkidam)
Jangan Lupa Bantu Subscribe dan Like di Channel Diary Jomblo Production milik saya dan teman-teman
Atau Download Artikel Pengertian, Jenis, dan Contoh Puisi Baru/Modern Ini Disini
Jangan Lupa Bantu Subscribe dan Like di Channel Diary Jomblo Production milik saya dan teman-teman
Atau Download Artikel Pengertian, Jenis, dan Contoh Puisi Baru/Modern Ini Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar