Coba kau ingat kembali perjuangan kita mencari dermaga yang semestinya melabuhkan kapal kita.
Waktu itu kau kuat dan aku kuat menghadang ombak dan badai.
Saat ini, kau memilih mendayung ke arah yang berbeda,
dan aku memilih untuk mengisi perjalanan kita dengan diam.
Lantas, apakah ini waktu yang tepat untuk meninggalkan kapal ?
membiarkannya karam bersama mimpi-mimpi yang tenggelam ?
karena sungguh, aku tidak pernah memahami amarahmu,
seperti kau tidak pernah memahami hancurku.
Aku memandangmu dengan samar,
sebagaimana kau memikirkanku dengan nanar.
sebagaimana kau memikirkanku dengan nanar.
“Pelajari sebelum berasumsi.
Dengarkan sebelum memaki.
Mengerti sebelum menghakimi.
Rasakan sebelum menyakiti. Perjuangkan sebelum pergi”
namun, nampaknya kau tak pernah memperjuangkanku.
Dengarkan sebelum memaki.
Mengerti sebelum menghakimi.
Rasakan sebelum menyakiti. Perjuangkan sebelum pergi”
namun, nampaknya kau tak pernah memperjuangkanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar